SOE HOK GIE
Saya pernah nonton tv judulnya GIE. Dikira saya itu film tentang Mahasiswa yang berkecimpung di POLITIK, yang suka DEMO ataupun cerita tentang Masa Orde Lama. Saya pun tonton " cerita apa sih penasaran" ujar saya, lama kelamaan saya tonton film itu, eh rupaya menceritakan tentang seorang mahasiswa bernama Soe Hok Gie, panggilan akrabnya adalah "Gie" . Kata Gie ini rasanya tidak aneh ditelingaku , rasa-rasanya ada teman yang pernah menceritakan tentang seorang Pecinta Alam dari Universitas Indonesia, eh rupaya benar. saya pun penasaran ceritanya gimana sih akhirnya saya tonton film itu hingga selesai.
Dalam film itu Gie adalah seorang anak muda yang memiliki pendirian yang tangguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Gie adalah sosok pemuda yang sangat aktif di bidang tulis menulis, selain itu dia juga suka diskusi tentang film dan yang paling saya suka dia adalah seorang Pecinta Alam...
Duh kalo ditulis gak kelar-kelar beli aja CDnya tonton dech, dan serunya lagi saya sangat suka Ost Gie yang dilantunkan oleh Eros (SO7) dan Okta. difilm itu juga ada puisi -puisi yang sangat bagus.
Beberapa puisi yang saya tahu, silahkan baca ..semoga bermanfaat
(Puisi Gie)
(.....tidak tahu judulnya....jika ada yang tahu kasih info y...thanks)
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
(Puisi Gie)
Elangtakbersayap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar